kamerah tesembunyi


Dikutip dari: http://ade-tea.blogspot.com/2012/03/garuda-indonesia-widget.html#ixzz2ErQ41Avo
Dikutip dari: http://ade-tea.blogspot.com/2011/03/cara-pasang-ikoicon-twitter-burung.html#ixzz2ErjQ9PTh Dikutip dari: http://ade-tea.blogspot.com/2011/03/cara-pasang-ikoicon-twitter-burung.html#ixzz2Erkasqj1

Jumat, 14 Desember 2012

Belajar dasar Anatomi manusia!!

anatomi-11

Minggu, 02 Desember 2012

"teori belajar dan pembelajaran"



TEORI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN

Diajukan sebagai salah satu tugas mandiri
 Fakultas :  Pjkr

 

            NAMA:  Wahidin
                 NIM:  050211 1017

PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA ( UNU )
CIREBON
2012


1). Jelaskan apa tujuan dan manpat mata kuliah “teori belajar dan pembelajaran” di terapkan di prodi Pjkr ?....
2). Apakah yang dimaksud dengan hasil pembelajaran kongnitif ?...
3). Jelaskan apa yang dimaksud  dengan hasil pembelajaran behavioristik ?...
4). Dalam pelaksanan mata kuliah olahraga di sebut  dengan teroi / model pemblajaran SAVI      ( somatik,auditory dan visualization ) jelaskan dan berikan contohnya ?..
5). Dalam proses pemblajaran melaksanakan tugas kelompok ( modal diskusi ) setiap kelompok harus melakuakan tindakan eksplorasi,elaborasi dan konfirmasi uraikanlah ketiga istilah tersebut dengan memberikan contohnya ?...
6). Jelaskan apa yang sodara ketaui tentan istilah PAIKEM / pemblajaran aktif, inovatif,kreatif, efektip dan menyenangkan ?....



“Isi jawaban di bawa ini”









1). Teori belajar dan pemblajaran
Dan Pembelajaran yang diidentikkan dengan kata “mengajar” berasal dari kata dasar “ajar” yang berarti petunjuk yang diberikan kepada orang supaya diketahui (diturut)  ditambah dengan awalan “pe” dan akhiran “an menjadi “pembelajaran”, yang berarti proses, perbuatan, cara mengajar atau mengajarkan sehingga anak didik mau belajar. (KBBI)
Dengan kata lain, kegiatan pembelajaran adalah kegiatan yang di dalamnya terdapat proses mengajar, membimbing, melatih, memberi contoh, dan atau mengatur serta memfasilitasi berbagai hal kepada peserta didik agar bisa belajar sehingga tercapai tujuan pendidikan. Pembelajaran juga diartikan sebagai usaha sistematis yang memungkinkan terciptanya pendidikan
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik
Proses Pembelajaran juga dapat diartikan sebagai suatu rangkaian interaksi antara siswa dan guru dalam rangka mencapai tujuannya.
2. Konsep Dasar Pembelajaran
Dalam pembelajaran, guru mempunyai tugas-tugas pokok antara lain bahwa ia harus mampu dan cakap merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi dan membimbing dalam kegiatan pembelajaran. Dengan kata lain, agar para guru mampu menunaikan tugasnya dengan sebaik-baiknya, ia terlebih dahulu hendaknya memahami dengan seksama hal-hal yang berkaitan dengan proses pembelajaran.
3. Pendekatan atau Model dalam Pembelajaran
Belajar dapat dilakukan diberbagai tempat, kondisi, dan waktu. Cepatnya informasi lewat radio, televisi, film, wisatawan, surat kabar, majalah, dapat mempermudah belajar. meskipun informasi dengan mudah dapat diperoleh, tidak dengan sendirinya seseorang terdorong untuk memperoleh pengetahuan, pengalaman, dan ketrampilan dari padanya. Guru profesional memerlukan pengetahuan dan ketrampilan pendekatan pembelajaran agar mampu mengelola berbagai pesan sehingga siswa berkebiasaan belajar sepanjang hayat.
Pendekatan pembelajaran dapat berarti anutan pembelajaran yang berusaha meningkatkan kemampuan-kemampuan kognitif, afekif, dan psikomotorik siswa dalam pengolahan pesan sehingga tercapai sasaran belajar.
Dalam belajar tentang pendekatan pembelajaran tersebut, orang dapat melihat:
(i)  pengorganisasian siswa,
(ii) posisi guru-siswa dalam pengolahan pesan, dan
(iii) pemerolehan kemampuan dalam pembelajaran.
Pendekatan pembelajaran dengan pengorganisasian siswa dapat dilakukan dengan:
(i)                 pambelajaran secara individual,
(ii)               pembelajaran secara kelompok, dan
(iii)              pembelajaran secara klasikal.
Pada ketiga keorganisasian siswa tersebut tujuan pengajaran, peran guru dan siswa, program pembelajaran, dan disiplin belajar berbeda-beda. Pada ketiga pengorganisasian siswa tersebut siswa tersebut seyogyanya digunakan untuk membelajarkan siswa yang menghadapi kecepatan informasi pada masa kini.
Sehubungan dengan posisi guru-siswa dalam pengolahan pesan, guru dapat menggunakan strategi ekspositori, strategi discovery, dan strategi inkuiri. Strategi ekpositori, strategi discovery, dan strategi inkuiri. Strategi ekspositori masih terpusat pada guru; oleh karena itu seyogianya dikurangi. Strategi discovery dan inkuiri terpusat ada siswa. Dalam kedua strategi ini siswa dirancang aktif belajar, sehingga ia dapat menemukan, bekerja secara ilmu pengetahuan, dan merasa senang. Pada tempatnya guru menggunakan strategi discovery dan inkuiri yang sesuai dengan pendekatan CBSA.
Dalam pembelajaran pada pebelajar terjadi peningkatan kemampuan. Semula, ia memiliki kemampuan pra-belajar; dalam proses belajar pada kegiatan belajar hal tertentu, ia meningkatkan tingkat atau memperbaiki tingkat ranah-ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Keputusan tentang perbaikan tingkat ranah tersebut didasarkan atas evaluasi guru dan unjuk kerja siswa dalam pemecahan masalah. Dari sisi guru, proses pemerolehan pengalaman siswa atau proses pengolahan pesan tersebut dapat dilakuikan dengan cara dedukatif dan induktif. Pengolahan pesan secara deduktif dimulai dari generalisasi atau suatu teori yang benar, pencarian data, dan uji kebenaran generalisasi atau suatu teori tersebut. Pada pengolahan pesan secara induktif kegiatan bermula dari adanya fakta atau peristiwa khusus, penyusunan konsep-konsep. Dalam usaha pembelajaran guru dapat menggunakan pengolahan pesan secara deduktif atau induktif tergantung pada karakteristik bidang studinya.Selain pendekatan atau model belajar individual, kelompok dan klasikal, masih terdapat banyak model belajar yang lain.  Di antaranya:
Teori belajar
Yang ditekankan
Tokoh
Behaviorisme (tingkah laku)
Stimulus, respon, penguatan motivasi
Pavlov, Skinner, Bandura
Cognitivisme
Daya ingat, perhatian, pemahaman mendalam, organisasi gagasan, proses informasi
Brunner, Piaget, Ausubel
Konstruktivisme
Pengalaman, interaksi
Jean Piaget, Vygotsky,
Humanisme
Emosi, perasaan, komunikasi yang terbuka, nilai-nilai
John Miler
4. Peran Guru Dalam Kegiatan Pembelajaran
Peran guru dalam pembelajaran yaitu membuat desain instruksional, menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar, bertindak mengajar atau membelajarkan, mengevaluasi hasil belajar yang berupa dampak pengajaran.[6] Selain itu, menurut Djamarah (2000: 43-48) bahwa tugas dan tanggung jawab guru atau lebih luasnya pendidik adalah sebagai:
1)      Korektor, yaitu pendidik bisa membedakan mana nilai yang baik dan mana nilai yang buruk, koreksi atau penilaian yang dilakukan bersifat menyeluruh dari segi  kognitif, afektif, dan psikomotorik. Setiap peserta didik mempunyai kemampuan yang berbeda dalam menerima pelajaran. Ada yang mempunyai kemampuan baik di bidang kognitif tetapi kurang pada afektifnya, ada pula yang baik pada psikomotorik namun kurang pada kognitifnya, dan berbagai macam perbedaan peserta didik yang lain. Oleh karena itu, dalam memberikan penilaian, hendaknya pendidik tidak hanya memberikan penilaian dari satu aspek saja.
2)      Inspirator, yaitu pendidik menjadi inspirator atau ilham bagi kemajuan belajar siswa atau mahasiswa, petunjuk bagaimana cara belajar yang baik, serta member masukan dalam menyelesaikan masalah lainnya.
3)      Informator, yaitu pendidik harus dapat memberikan informasi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan peserta didik yang dibekali pengetahuan tentang perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka peserta didik tersebut akan memiliki daya saing yang tinggi. Sehingga peserta didik tidak akan tertinggal di era global ini.
4)      Organisator, yaitu pendidik harus mampu mengelola kegiatan akademik (belajar), hingga tercipta kegiatan pembelajaran yang tertib dan menyenangkan.
5)      Motivator, yaitu pendidik harus mampu mendorong peserta didik agar bergairah dan aktif belajar. Motivasi adalah salah satu faktor yang mempengaruhi keefektifan kegiatan belajar siswa. Motivasilah yang mendorong siswa ingin melakukan kegiatan belajar.[7] Para ahli psikologi mendefinisikan motivasi sebagai proses di dalam diri individu yang aktif, mendorong, memberikan arah, dan menjaga perilaku setiap saat (Slavin, 1994). Motivasi dari pendidik merupakan motivasi ekstrinsik. Meskipun dalam proses belajar, motivasi intrinsik atau motivasi yang berasal dari dalam diri individu memiliki pengaruh yang lebih efektif, (karena motivasi intrinsik bertahan relatif  lebih lama) namun motivasi ekstrinsik juga tetap dibutuhkan. Karena kurangnya respons dari lingkungan secara positif akan mempengaruhi semangat belajar seseorang. Oleh karena itu, guru sebagai salah satu motivasi ekstrinsik hendaknya selalu memberikan motivasi pada peserta didiknya.
6)      Inisiator, yaitu pendidik menjadi pencetus ide-ide kemajuan dalam pendidikan dan pembelajaran. Melalui berbagai macam pengalaman yang didapatkan pendidik selama di kelas, pendidik hendaknya memberikan ide-ide demi kemajuan pembelajaran, minimal untuk kemajuan pembelajaran di kelas yang dibimbing.
7)      Fasilitator, yaitu pendidik dapat memberikan fasilitas yang memungkinkan kemudahan kegiatan belajar.
8)      Pembimbing, yaitu pendidik harus mampu membimbing peserta didik menjadi manusia dewasa yang bertanggung jawab. Hal yang harus dilakukan pendidik adalah memberikan contoh yang baik pada peserta didik dan mengarahkannya. Oleh karena itu, pendidik hendaknya selalu menjaga sikap dan perilaku, karena membimbing seseorang tanpa memberikan teladan yang baik adalah sia-sia.
9)      Demonstrator, yaitu jika diperlukan pendidik bisa mendemonstrasikan bahan pelajaran yang susah dipahami. Peserta didik akan lebih mudah memahami suatu materi jika materi tersebut didemonstrasikan, karena sesuatu yang didemonstrasikan  melibatkan aspek audio dan visual, sehingga lebih mudah untuk dipahami peserta didik.
10)  Pengelola kelas, yaitu pendidik harus mampu mengelola kelas untuk menunjang interaksi edukatif. Jika kelas dikelola dengan baik, maka proses pembelajaran dapat berjalan dengan tertib.
11)  Mediator, yaitu pendidik menjadi media yang berfungsi sebagai alat komunikasi guna mengefektifkan proses interaktif edukatif. Proses pembelajaran merupakan proses interaksi, bukan hanya penyampaian materi dari satu arah atau dari guru saja, peserta didik hendaknya turut aktif dalam proses pembelajaran, dan dengan adanya pendidik maka diharapkan proses interaktif edukatif tersebut tercipta di kelas. Dalam hal ini biasanya pendidik cukup memberikan sedikit materi di awal, kemudian mengajak dialog peserta didik mengenai materi yang telah diberikan sebelumnya, atau dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan mengenai materi yang akan dibahas.
12)  Supervisor, yaitu pendidik hendaknya dapat memperbaiki dan menilai secara kritis terhadap proses pembelajaran. Setiap selesai proses pembelajaran, pendidik yang baik akan menilai proses pembelajaran yang telah berlangsung, apabila terdapat kekurangan, maka ia akan mencari sumber kekurangan tersebut dan memperbaikinya, sehingga proses pembelajaran dapat berjalan lebih baik setiap harinya.
13)  Evaluator, yaitu pendidik dituntut menjadi evaluator yang baik dan jujur. Pendidik diharapkan bisa berlaku adil dan jujur dalam setiap proses evaluasi, sehingga tiap- tiap peserta didik dapat mengetahui kemampuannya. Membantu peserta didik ketika menghadapi ujian bukanlah hal yang tepat dilakukan oleh seorang pendidik, karena  hal tersebut merupakan pembodohan  peserta didik dan mengajarkan ketidakjujuran pada peserta didik. Dan hal tersebut juga membuat peserta didik tidak akan pernah merasa percaya diri terhadap kemampuan yang dimilikinya.
Oleh karena itu, jelaslah bahwa kata “pendidik” dalam perspektif pendidikan yang selama ini berkembang di masyarakat memiliki makana yang lebih luas, dengan tugas, peran, dan tanggung jawabnya adalah mendidik peserta didik agar tumbuh dan berkembang potensinya kea rah yang lebih sempurna.

2).PEMBELAJARAN KOGNITIF.
Teori belajar kognitif menekankan pada cara – cara seseorang menggunakan pikranya untuk beajar, mengingat, dan menggunakan pengetahuan yang telah di peroleh dan disimpan dalam pikranya secara efektif. Psikologi kognitif menyatakan bahwa perilaku manusia tidak ditentukan oleh stimulus yang berada diluar dirinya, melainkan oleh faktor yang ada pada dirinya sendiri. Faktor-faktor intern itu berupa kemampuan atau potensi yang berfungsi untuk mengenal dunia luar dan dengan pengenalan itu manusia mampu memberikan respon terhadap stimulus. Berdasarkan pada panadangan tersebut teori belajar psikologi kognitif memandang belajar sebgai proses pefungsian kognisi, terutama unsure pikiran, dengan kata lain bahwa aktivitas belajar pada diri manusia ditetankan pada proses internal dalam pikiran yakni proses pengolahan informasi.
Manusia sebagai makhluk yang aktif berinteraksi dengan lingkungan. Umumnya, setiap orang tidak hanya aktif menerima sesuatu dari lingkungan, melainkan mereka berusaha memberikan perubahan pada lingkungannya. Dalam situasi pembelajaran, seseorang terlibat secara langsung guna memperoleh pemahaman (insight) untuk memecahkan persoalan. Perilaku seseorang tergantung pada pemahaman di mana keseluruhan lebih bermakna dari pada unsur-unsur. Aliran ini menekankan, apa yang dimiliki seseorang tergantung kepada aktivitasnya, mementingkan keseluruhan (holistik), kondisi kekinian, serta pembentukan struktur kognitif dan pemahaman. Ada beberapa teori dalam belajar antara lain :
a. Teori Belajar Gestalt
Teori ini dikembangkan antara lain oleh yaitu Kurt Koffka, Wolfgang Kohler dan Wertheimer. Pengamatan adalah pintu pengembangan kognitif. Beberapa hukum gestalt dalam pengamatan adalah :
1) Hukum Pragnanz, yang mengatakan bahwa organisasi psikologis selalu cenderung ke arah yang bermakna atau penuh arti (pragnanz)
2) Hukum kesamaan, yang mengatakan bahwa hal-hal yang sama cenderung membentuk gestalt (keseluruhan)
3) Hukum kecenderungan mengatakan bahwa hal hal yang berdekatan cenderung berbentuk gestalt.
4) Hukum ketertutupan, yang mengatakan bahwa hal-hal yang tertutup cenderung membentuk gestalt.
5) Hukum kontinuitas yang mengatakan bahwa hal-hal yang berkesinambungan cenderung membentuk gestalt.
Belajar pada hakikatnya adalah melakukan perubahan struktur kognitif. Selain pengamatan, kaum gestalt menekankan bahwa belajar pemahaman merupakan bentuk utama aliran ini. Kondisi pemahaman tergantung pada :
a) Kemampuan dasar seseorang
b) Pengalaman masa lampau yang relevan
c) Pengaturan situasi yang dihadapi
d) Pemahaman didahului oleh periode mencari atau coba-coba
e) Adanya pemahaman dalam diri individu menyebabkan pemecahan masalah dapat diulang dengan mudah.
f) Adanya pemahaman dalam diri individu dapat dipakai menghadapi situasi lain atau transfer dalam belajar.
b. Teori Belajar Cognitive Field
Teori belajar yang dikembangkan oleh Curt Lewin disebut cognitive field atau teori medan. Lewin menambah unsur baru dari teori belajar gestalt. Menurut Lewin, individu berada dalam suatu medan kekuatan psikologis. Individu bereaksi dengan life space (Ruang Hidup) yang mencakup perwujudan lingkungan di mana siswa bereaksi dengan orang-orang yang ditemui, obyek material yang dihadapi serta fungsi-fungsi kejiwaan yang dimiliki..
Menurut Lewin belajar terjadi akibat adanya perubahan struktur kognitif. Perubahan kognitif adalah hasil dari dua macam kekuatan yaitu struktur medan kognitif dan motivasi internal individu. Beberapa hal baru yang ditambahkan Lewin mengenai belajar.
1) Belajar adalah pengubahan struktur kognitif
Menurut Lewin , pemecahan masalah dapat terjadi bila struktur kognitif diubah.
2) Peranan hadiah dan hukuman
Lewin memberi peranan yang cukup besar pada motivasi melalui hadiah dan hukuman, namun keduanya menjadi sarana efektif bila dipakai dengan tepat
3) Sukses dan Gagal
Pengalaman sukses dan gagal memberi pengaruh kepada individu dalam belajar. Pada umumnya individu yang mencapai sukses akan berusaha belajar lebih maju lagi. Sebaliknya seseorang yang merasa gagal semangat belajarpun menurun.
4) Taraf Aspirasi
Pengertian aspirasi di sini berkaitan dengan kesuksesan dan kegagalan di atas. Bagi seseorang, prestasi rata-rata sudah dianggap baik sedangkan yang lain tidak demikian.
a. Teori Belajar Cognitive Developmental
Jean Piaget memandang bahwa proses berfikir sebagai kegiatan bertahap dari fungsi intelektual yang dimulai dari yang konkrit menuju ke abstrak. Teori ini dinamakan cognitive developmental. Menurut Piaget inteligensi terdiri dari tiga aspek yaitu :
1) Struktur yaitu pola prilaku yang dapat diulang untuk menghadapi masalah.
2) Isi yaitu pola prilaku yang khas ketika individu menghadapi sesuatu masalah
3) Fungsi yaitu cara seseorang mencapai kemajuan intelektual. Fungsi ini mempunyai dua variasi yakni :
a) Organisasi, berupa kecakapan seseorang dalam bentuk sistem yang koheren
b) Adaptasi, berupa kecakapan individu untuk menyesuaikan diri terhadap lingkungan , meliputi asimilasi dan akomodasi.
Jean Piaget juga mengemukakan tiga prinsip utama pembelajaran yaitu :
a) Belajar Aktif
Proses pembelajaran adalah proses aktif, karena pengetahuan terbentuk dari dalam subyek belajar. Untuk membantu perkembangan kognitif anak kepadanya perlu diciptakan suatu kondisi belajar yang memungkinkan anak belajar sendiri, missal melakukan percobaa, manipulasi symbol-simbol, mengajukan pertanyaan dan mencari jawabannya sendiri, setelah tiu membandingkan dengan miliki temannya.
b) Belajar Lewat Interaksi sosial
Dalam belajar perlu diciptakan suasana yang dimungkinkan terjadi interaksi di antara subjek belajar. Piaget percaya bahwa belajar bersama, baik diantara sesame, anak-anak, maupun dengan orang dewasa akan membantu perkembangan kognitif mereka. Dengan adanya interaksi social dengan lingkunganya siswa akan mengetahui keadaan yang sebenarnya di masyarakat dengan demikian akan dapat mengembangkan kognitif anak.
c) Belajar Lewat Pengalaman Sendiri
Perkembangan kognitif anak akan lebih berarti apabila didasarkan pada pengalaman nyata dari siswa tersebut. Dengan lewat pengalaman yang sudah di lingkunagnya dia dapat menghubungan materi yang diberikan dengan pengetahuannya sendiri yang koheren dengan materi yang sudah ada .
Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget (Cognitive Development Theory) Menurut Piaget pengetahuan (knowledge) adalah interksi yangterus menerus antara individu dengan lingkungan. Fokus perkembangan kognitif Piaget adalah perkembangan secara alami fikiran pembelajar mulai anak-anak sampai dewasa. Konsepsi perkembangan kognitif Piaget, duturunkan dari analisa perkembangan biologi organisme tertentu. Menurut Piaget, intelegen (IQ=kecerdasan) adalah seperti system kehidupan lainnya, yaitu proses adaptasi. Menurut Piaget ada tiga perbedaan cara berfikir yang merupakan prasyarat perkekmbangan operasi formal, yaitu; gerakan bayi, semilogika, praoprasional pikiran anak-anak, dan operasi nyata anak-anak dewasa.
Ada empat faktor yang mempengaruhi perkembangan kognitif yaitu :
1) lingkungan fisik
2) kematangan
3) pengaruh sosial
4) proses pengendalian diri (equilibration)
(Piaget, 1977)
Untuk Tahap perkembangan kognitif terbagi menjadi empat yaitu :
1) Periode Sensori motor (sejak lahir – 1,5 – 2 tahun)
2) Periode Pra Operasional (2-3 tahun sampai 7-8 tahun)
3) Periode operasi yang nyata (7-8 tahun sampai 12-14 tahun)
4) Periode operasi formal
Pada intinya pembelajaran aliran kognitif ini memiliki asumsi – asumsi yaitu :
· Aliran ini melihat pembelajaran sebagai suatu proses internal yang melibatkan ingatan, pemikiran, refleksi, abstraksi, motivasi, dan metakognisi
· Aliran ini memahami pentingnya perbedaan indiidu dan mencakup keragaman strategi belajar
Dalam belajar, seseorang perlu diberi suatu bidang yang belum diketahui agar siswa dapat belajar, karena siswa tidak dapat belajar hanya dari apa yang sudah diketahuinya saja akan tetapi harus ada ketiga prinsip yang dikemukakan oleh jean piaget. Daerah baru yang belum diketahui akan mendorong seseorang mengadakan kegiatan belajar atau melakukan akomodasi . Situasi itulah yang akan mempermudah pertumbuhan kognitif individu. Kunci dari keberhasilan pembelajaran adalah guru harus memfasilitasi agar pembelajar dapat mengembangkan berpikir logis.
a. Teori Belajar Discovery Learning
Jerome Bruner menyebut teori ini discovery learning. Ide pokok dari teori Bruner diangkat dari teori Piaget yang mengatakan bahwa seseorang harus berperan aktif dalam belajar. Oleh karena itu Bruner menggambarkan discovery learning dengan pemberian kesempatan kepada seseorang untuk menjadi problem solver. Biarkan seseorang menemukan arti bagi dirinya sendiri dan memungkinkan mereka untuk mempelajari konsep-konsep dalam bahasa mereka sendiri. Beberapa prinsip belajar menurut paham ini.
1) Adanya suatu kenaikan potensi intelektual
2) Ganjaran (hadiah) intrinsik lebih ditekankan dibandingkan dengan ekstrinsik
3) Seseorang yang mempelajari bagaimana menemukan berarti seseorang menguasai metode belajar penemuan
1) Seseorang lebih senang mengingat-ingat informasi.
A. Kesimpulan
Manusia sebagai makhluk yang aktif berinteraksi dengan lingkungan. Umumnya, setiap orang tidak hanya aktif menerima sesuatu dari lingkungan, melainkan mereka berusaha memberikan perubahan pada lingkungannya.
Menurut jean piaget ada empat faktor yang mempengaruhi perkembangan kognitif yaitu :
1) lingkungan fisik
2) kematangan
3) pengaruh sosial
4) proses pengendalian diri (equilibration)
(Piaget, 1977)
Jean Piaget juga mengemukakan tiga prinsip utama pembelajaran yaitu :
1) Belajar Aktif
2) Belajar Lewat Interaksi Sosial
3) Belajar Lewat Pengalaman Sendiri
Menurut Lewin belajar terjadi akibat adanya perubahan struktur kognitif. Perubahan kognitif adalah hasil dari dua macam kekuatan yaitu struktur medan kognitif dan motivasi internal individu
hukum gestalt dalam pengamatan adalah :
1) Hukum Pragnanz, yang mengatakan bahwa organisasi psikologis selalu cenderung ke arah yang bermakna atau penuh arti (pragnanz)
2) Hukum kesamaan, yang mengatakan bahwa hal-hal yang sama cenderung membentuk gestalt (keseluruhan)
3) Hukum kecenderungan mengatakan bahwa hal hal yang berdekatan cenderung berbentuk gestalt.
4) Hukum ketertutupan, yang mengatakan bahwa hal-hal yang tertutup cenderung membentuk gestalt.
5) Hukum kontinuitas yang mengatakan bahwa hal-hal yang berkesinambungan cenderung membentuk gestalt.
3).Pembelajaran Behavioristik
Oleh Anjrah Lelono Broto
Belajar merupakan peristiwa terbentuknya asosiasi-asosiasi antara peristiwa-peristiwa yang disebut stimulus dengan respon yang diberikan atas stimulus tersebut. Dapat pula kita pahami bahwa stimulus dekat maknanya dengan aksi yang merangsang munculnya reaksi.
’Behavior’ dalam bahasa Indonesia istilah ini cenderung dimaknai sebagai pola kebiasaan yang dilakukan berulang dalam kurun waktu tertentu. Dalam proses pendidikan, baik di lingkungan sekolah maupun lingkungan masyarakat, dikenal salah satu model pembelajaran yang banyak digunakan adalah model pembelajaran behavioristik. Model pembelajaran ini menempatkan pembiasaan sebagai inti dari proses pembelajaran.
Lalu apa hakekat pembelajaran behavioristik?
Thorndike, salah satu tokoh aliran Pembelajaran Behavioristik, (dalam Orton, 1991:39-40; Resnick, 1981:13) menyatakan bahwa belajar merupakan peristiwa terbentuknya asosiasi-asosiasi antara peristiwa-peristiwa yang disebut stimulus dengan respon yang diberikan atas stimulus tersebut. Dapat pula kita pahami bahwa stimulus dekat maknanya dengan aksi yang merangsang munculnya reaksi. Dengan kata lain, hubungan stimulus-respon yang diungkapkan Thorndike di atas sama artinya dengan hubungan aksi-reaksi.
Thorndike menambahkan bahwa dari berbagai situasi yang dialami (diberikan) pada individu akan melahirkan sejumlah respon, dan tindakan yang dapat terbentuk bergantung pada koneksitas (ikatan antara situasi dan respon). Di sinilah, kedekatan antara pengajar (guru) dengan pebelajar (siswa) menjadi modal mendasar koneksitas. Selain itu, suasana dan kondisi dimana komunikasi tersebut dibangun juga menempati posisi yang dominan.
Selanjutnya, Thorndike mengemukakan bahwa terjadinya asosiasi antara stimulus dan respon ini mengikuti hukum-hukum berikut:
Pertama, Hukum Latihan (Law Of Exercise), yaitu apabila asosiasi antara stimulus dan respon serting terjadi, maka asosiasi itu akan terbentuk semakin kuat. Interpretasi dari hukum ini adalah semakin sering suatu pengetahuan yang telah terbentuk akibat tejadinya asosiasi antara stimulus dan respon dilatih (digunakan), maka asosiasi tersebut akan semakin kuat.
Kedua, Hukum Akibat (Law Of Effect), yaitu apabila asosiasi yang terbentuk antara stimulus dan respon diikuti oleh suatu kepuasan maka asosiasi akan semakin meningkat. Hal ini berarti (idealnya), jika suatu respon yang diberikan oleh seseorang terhadap suatu stimulus adalah benar dan ia mengetahuinya, maka kepuasan akan tercapai dan asosiasi akan diperkuat.
Penganut paham Psikologi Behavior yang lain yaitu Skinner, berpendapat hampir senada dengan Hukum Akibat (Law Of Effect) Thorndike tersebut di atas. Ia mengemukakan bahwa unsur terpenting dalam belajar adalah penguatan (reinforcement). Maksudnya adalah pengetahuan yang terbentuk melalui ikatan stimulus dan respon akan semakin kuat bila diberi penguatan. Skinner membagi penguatan ini menjadi dua, yaitu penguatan positif (reinforcement positive) dan penguatan negatif (reinforcement negative).
Penguatan positif sebagai stimulus, apabila representasinya mengiringi suatu tingkah laku yang cenderung dapat meningkatkan terjadinya pengulangan tingkah laku itu. Sedangkan penguatan negatif adalah stimulus yang dihilangkan/dihapuskan karena cenderung menguatkan tingkah laku.
Dalam aplikasinya, tentu bapak-ibu guru pengajar yang lebih senior dari penulis tentu lebih memahaminya. Pemberian penguatan dan larangan yang diberikan oleh guru pengajar merupakan bentuk langsung upaya membangun kebiasaan positif demi perubahan yang lebih baik. Perubahan yang lebih baik merupakan esensi dari kegiatan belajar yang dilakukan pebelajar (siswa). Jadi, membangun kebiasaan positif pada diri individu sejalan dengan hakekat Pembelajaran Behavioristik adalah tugas mendasar guru sebagai pengajar, fasilitator proses pembelajaran yang dilakukan pebelajar (siswa).
Pembelajaran Model Pendekatan SAVI - Pembelajaran Model Pendekatan SAVI  atau Somatic, Auditory, Visualization, Intelectualy pembelajaran yang menekankan bahwa belajar harus memanfaatkan semua alat indra yang dimiliki siswa. Salah satu pendekatan yang dapat digunakan oleh guru dalam pembelajaran di kelas adalah dengan menggunakan pendekatan SAVI (Somatic, Auditory, Visualization, Intelectualy). Somatuic adalah gerakan tubuh, yang berarti bahwa belajar harus dengan mengalami dan melakukan. Auditory adalah pendengaran, yang berarti bahwa indra telinga digunakan dalam proses pembelajaran dengan cara mendengarkan, menyimak, berbicara, presentasi, argumentasi, mengemukakan pendapat, dan menaggapi. Visualization adalah penglihatan, yang berarti bahwa belajar harus menggunakan mata melalui mengamatai, menggambar, melukis, mendemonstrasikan media pembelajaran dan alat peraga. Intelectualy adalah berpikir, yang berarti bahwa kemampuan berpikir harus dilatih melalui bernalar, mencipta, memecahkan masalah, mengkontruksi, dan menerapkan. (Suherman, 2006). Penjabaran keempat unsur menurut Suherman (2002: 52) adalah sebagai berikut:

a.Belajar Somatik
Somatik berasal dari kata Yunani yang berarti tubuh. Jadi belajar somatik adalah belajar melalui keterlibatan fisik terutama indra peraba, selama pembelajaran berlangsung. Dalam belajar somatik siswa dapat melakukansesuatu secara fisik dari waktu yang membuat seluruh tubuh terlibat, memperbaiki sirkulasi ke otak, dan meningkatkan pembelajaran. Jadi belajar somatik adalah belajar dengan bergerak dan berbuat.
b. Belajar Auditori
Belajar auditori merupakan belajar dengan berbicara dan mendengarkan. Pikiran auditori lebih kuat dari pada yang kita sadari. Kita membuat suara sendiri dengan berbicara, maka beberapa area penting pada otak kita menjadi aktif. Dalam merancang pembelajaran yang menarik bagi saluran auditori yang kuat dalam diri siswa, carilah cara untuk mengajak mereka membicarakan apa yang sedang dipelajari.
c. Belajar Visual
Belajar visual merupakan belajar dengan mengamati dan menggambarkan. Visual mencangkup melihat, menciptakan, dan mengintegrasikan segala macam citra. Dalam otak lebih banyak perangkat untuk memproses informasi visual daripada semua indra yang lain. Pada belajar visual siswa belajar dengan melihat contoh pada dunia nyata, diagram, dan gambaran dari segala macam hal ketika sedang belajar.
d. Belajar Intelektual
Intelektual adalah bagian dari perenungan (tafakur), mencipta, memecahkan masalah, dan membangun makna. Kata Intelektual menunjukan apa yang dilakukan siswa dalam pikiran mereka secara internal ketika mereka menggunakan keceredasan untuk merenungkan suatu pengalamandan menciptakan hubungan, makna, rencana, dan nilai dari pengalaman tersebut. Jadi belajar intelektual yaitu belajar dengan memecahkan masalah dan merenung.
Menurut Suherman (2002: 52), dengan memperhatikan konsep belajar SAVI, siswa mempunyai kesempatan untuk berperan aktif dalam proses belajar mengajar sehingga dengan menggunakan pendekatan SAVI diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Kreativitas pembelajaran akan berlangsung secara optimal jika aktivitas intelektual dan semua alat indra digabungkan dalam suatu kinerja pembelajaran.

by Arif Fatcul | 01:13
Jaaan semprul tenan, awal tahun buat RPP mesti bingung. lha kadang format-2 nggak ada yang sama. ada yang bilang semua format itu benar, yang adalah yang gak buat RPP. Kalo guru teori sih saya pikir nggak begitu banyak problem, lha guru praktek ini yang mesti agak mumet. Lha nggak mumet gimana wong RPP kadang harus dikompromikan dengan sarana dan kemampuan siswa juga. Skenario yang sudah joos kayak sknario film, jadi buyar manakala sarana nggak mendukung. Saat ini guru dianjurkan untuk membuat RPP dan silabus yang menggunakan fase-fase eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi. Namun belum banyak yang memahami, oleh karena itu posting berikut ini disajikan sedikit pengertian tentang eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi.

Eksplorasi
Eksplorasi adalah upaya awal membangun pengetahuan melalui peningkatan pemahaman atas suatu fenomena (American Dictionary). Strategi yang digunakan memperluas dan memperdalam pengetahuan dengan menerapkan strategi belajar aktif.
Pendekatan pembelajaran yang berkembang saat ini secara empirik telah melahirkan disiplin baru pada proses belajar. Tidak hanya berfokus pada apa yang dapat siswa temukan, namun sampai pada bagaimana cara mengeksplorasi ilmu pengetahuan. Istilah yang populer untuk menggambarkan kegiatan ini ialah “explorative learning”. Konsep ini mengingatkan kita pada pernyataan Lao Tsu, seorang filosof China yang menyatakan “I hear and I forget. I see and I remember. I do and I understand.” Jaringan komputer pada saat ini telah dikembangkan menjadi media yang efektif sebagai penunjang efektifitas pelaksanaan pembelajaran eksploratif. Salah satu model yang dikembangkan oleh Heimo adalah Architecture of Integrated Information System sebagai model terintegrasi yang menggambarkan kompleksnya proses pembelajaran yang efektif dan interaktif. Pendekatan belajar yang eksploratif tidak hanya berfokus pada bagaimana mentransfer ilmu pengetahuan, pemahaman, dan interpretasi, namun harus diimbangi dengan peningkatan mutu materi ajar. Informasi tidak hanya disusun oleh guru. Perlu ada keterlibatan siswa untuk memperluas, memperdalam, atau menyusun informasi atas inisiatifnya. Dalam hal ini siswa menyusun dan memvalidasi informasi sebagai input bagi kegiatan belajar (Heimo H. Adelsberger, 2000).
Peta Konsep yang dikembangkan oleh Laurillard (2002) dalam tulisan Heimo menunjukan kompleksitas kegiatan eksplorasi dalam proses pembelajaran yang mengharuskan adanya proses dialog yang (1) interaktif (2) adaptif, interaktif dan reflektif (3) menggambarkan tingkat-tingkat penguasaan pokok bahasan (4) menggambarkan level kegiatan yang berkaitan dengan meningkatkan keterampilan menyelesaikan tugas sehingga memeperoleh pengalaman yang bermakna. Ada pun konsep tersebut dapat disajikan seperti diagram di bawah ini :
Pendekatan eksploratif berkembang sebagai pendekatan pembelajaran dalam bidang lingkungan atau sains. Sylvia Luretta dari Fakultas Pendidikan Queensland misalnya, mengintegrasikan pendekatan ini dengan lima faktor yang menyebabkan kegiatan pembelajaran menjadi lebih bermakna, yaitu belajar aktif, belajar konstruktif, belajar intens, belajar otentik, dan kolaboratif yang menegaskan pernyataan bahwa pembelajaran eksploratif lebih menekankan pada pengalaman belajar daripada pada materi pelajaran.
Dari pengalaman menggunakan model kooperatif dan kolaboratif dalam praktek pembelajaran pengelolaan kelas ternyata mampu meningkatkan kinerja belajar siswa dalam melakukan
langkah-langkah eksploratif.
Model pembelajaran ini dapat dikembangkan melalui bentuk pertanyaan. Seperti yang dikatakan oleh Socrates bahwa pertanyaan yang baik dapat meningkatkan motivasi siswa untuk mengeksplorasi ilmu pengetahuan lebih mendalam. Eksplorasi merupakan proses kerja dalam memfasilitasi proses belajar siswa dari tidak tahu menjadi tahu. Siswa menghubungkan pikiran yang terdahulu dengan pengalaman belajarnya. Mereka menggambarkan pemahaman yang mendalam untuk memberikan respon yang mendalam juga. Bagaimana membedakan peran masing-masing dalam kegiatan belajar bersama. Mereka melakukan pembagian tugas seperti dalam tugas merekam, mencari informasi melalui internet serta memberikan respon kreatif dalam berdialog.
Di samping itu siswa menindaklanjuti penelusuran informasi dengan membandingkan hasil telaah. Secara kolektif, mereka juga dapat mengembangkan hasil penelusuran informasi dalam bentuk grafik, tabel, diagram serta mempresentasikan gagasan yang dimiliki.
Pelaksanaan kegiatan eksplorasi dapat dilakukan melalui kerja sama dalam kelompok kecil. Bersama teman sekelompoknya siswa menelusuri informasi yang mereka butuhkan, merumuskan masalah dalam kehidupan nyata, berpikir kritis untuk menerapkan ilmu yang dimiliki dalam kehidupan yang nyata dan bermakna.
Melalui kegiatan eksplorasi siswa dapat mengembangkan pengalaman belajar, meningkatkan penguasaan ilmu pengetahuan serta menerapkannya untuk menjawab fenomena yang ada. Siswa juga dapat mengeksploitasi informasi untuk memperoleh manfaat tertentu sebagai produk belajar.

Elaborasi
Kognitivisme memiliki beberapa cabang ilmu, di antaranya teori asimilasi, atribusi, pertunjukkan komponen, elaborasi, mental model, dan pengembangan kognitif. Teori elaborasi adalah teori mengenai desain pembelajaran dengan dasar argumen bahwa pelajaran harus diorganisasikan dari materi yang sederhana menuju pada harapan yang kompleks dengan mengembangkan pemahaman pada konteks yang lebih bermakna sehingga berkembang menjadi ide-ide yang terintegrasi. Pengertian ini dirumuskan Charles Reigeluth dari Indiana University dan koleganya pada tahun 1970-an. Konsep ini memiliki tiga kata kunci yang fokus pada urutan elaborasi konsep, elaborasi teori, dan penyederhanaan kondisi.
Pembelajaran dimulai dari konsep sederhana dan pekerjaan yang mudah. Bagaimana mengajarkan secara menyeluruh dan mendalam, serta menerapkan prinsip agar menjadi lebih detil. Prinsipnya harus menggunakan topik dengan pendekatan spiral. Sejumlah konsep dan tahapan belajar harus dibagi dalam “episode belajar”. Selanjutnya siswa memilih konsep, prinsip, atau versi pekerjaan yang dielaborasi atau dipelajari.

 6).Pembelajaran Aktif
Secara harfiah active artinya: ”in the habit of doing things, energetic” (Hornby, 1994:12), artinya terbiasa berbuat segala hal dengan menggunakan segala daya.  Pembelajaran yang aktif berarti pembelajaran yang memerlukan keaktifan  semua siswa dan guru secara fisik, mental, emosional, bahkan moral dan spiritual. Guru harus menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya, membangun gagasan, dan melakukan kegiatan yang dapat memberikan pengalaman langsung, sehingga belajar merupakan proses aktif siswa dalam membangun pengetahuannya sendiri. Dengan demikian, siswa didorong untuk  bertanggung jawab terhaap proses belajarnya sendiri.
Dalam pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) tentang sunnatullah atas alam semesta misalnya, siswa dapat melakukan pengamatan tentang fenomena alam. Siswa mengamati matahari bersinar di siang hari dan berjalan pada porosnya, terbit di ufuk timur dan terbenam di ufuk barat, bulan bersinar di malam hari dan beredar pada porosnya. Siswa mengamati bintang-bintang berkelip di malam hari dengan jarak yang sangat jauh dari bumi. Siswa mengamati adanya laki-laki dan perempuan, adanya siang dan malam, dan adanya panas dan dingin. Semua ini merupakan sunnatullah. Dengan adanya sunnatullah, manusia akan dapat mendorong dirinya untuk melakukan penelitian terhadap benda-benda  ciptaan Allah. Sehingga secara fisik semua indera aktif terlibat, berpikir, menganalisis, dan menyimpulkan  bahwa semua benda dan fenomena itu terjadi karena kehendak Allah SWT.
Menurut Taslimuharrom (2008)  sebuah proses belajar dikatakan aktif (active learning) apabila mengandung:
1)  Keterlekatan pada tugas (Commitment)
     Dalam hal ini, materi, metode, dan strategi pembelajaran hendaknya bermanfaat bagi siswa (meaningful), sesuai dengan kebutuhan siswa (relevant), dan bersifat/memiliki keterkaitan dengan kepentingan pribadi (personal);
2)  Tanggung jawab (Responsibility)
Dalam hal ini, sebuah proses belajar perlu memberikan wewenang kepada siswa untuk berpikir kritis secara bertanggung jawab, sedangkan guru lebih banyak mendengar dan menghormati ide-ide siswa, serta memberikan pilihan dan peluang kepada siswa untuk mengambil keputusan sendiri.
3)  Motivasi (Motivation)
Proses belajar hendaknya lebih mengembangkan motivasi intrinsic siswa. Motivasi intrinsik adalah hal dan keadaan yang berasal dari dalam diri siswa sendiri yang dapat mendorongnya melakukan tindakan belajar. Dalam perspektif psikologi kognitif, motivasi yang lebih signifikan bagi siswa adalah motivasi intrinsik (bukan ekstrinsik) karena lebih murni dan langgeng serta tidak bergan­tung pada dorongan atau pengaruh orang lain. Dorongan mencapai prestasi dan memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk masa depan, umpamanya, memberi pengaruh lebih kuat dan relatif lebih lang­geng diban­dingkan dengan dorongan hadiah atau dorongan keharusan dari orangtua dan guru. Motivasi belajar siswa akan meningkat  apabila ditunjang oleh pendekatan yang lebih berpusat pada siswa (student centered learning). Guru mendorong siswa untuk aktif mencari, menemukan dan memecahkan masalahnya sendiri. Ia tidak hanya menyuapi murid, juga tidak seperti orang yang menuangkan air ke dalam ember.
Alhasil, di satu sisi guru aktif:
Ø  memberikan umpan balik;
Ø  mengajukan pertanyaan yang menantang; dan
Ø  mendiskusikan gagasan siswa.

Di sisi lain, siswa aktif antara lain dalam hal:
Ø  bertanya / meminta penjelasan;
Ø  mengemukakan gagasan; dan
Ø  mendiskusikan gagasan orang lain dan gagasannya sendiri.

a. Pembelajaran Inovatif
Pembelajaran inovatif  dapat  menyeimbangkan fungsi otak kiri dan kanan apabila dilakukan dengan cara meng- integrasikan media/alat bantu terutama yang berbasis teknologi baru/maju ke dalam proses pembelajaran tersebut. Sehingga, terjadi proses renovasi mental, di antaranya membangun rasa pecaya diri siswa. Penggunaan bahan pelajaran, software multimedia, dan microsoft power point merupakan salah satu alternatif.
Pelajaran bahasa Inggris di sekolah dan madrasah misalnya, tidak perlu memakai materi asli yang cenderung sekuler. Bahasa Inggris untuk MTs bisa dikembangkan sendiri, misalnya dengan menggunakan wacana-wacana ke-Islam-an tentang salat, puasa, zakat/sedekah, dan pergi haji. Penggunaan wacana-wacana khas ini tidak berarti harus mengabaikan wacana-wacana umum yang lazim misalnya tentang interpersonal interaction, tentang daily life dan tentang hospitality.
 Namun, wacana-wacana umum itu disajikan secara inovatif dalam arti menggunakan metode dan bahan serta kosa kata yang berbeda dan dapat dipandang Islami. Ketika menjelaskan struktur kalimat the simple present tense yang menceritakan kegiatan sehari-hari/kebiasaan misalnya, seorang guru bahasa Inggris bisa menggunakan contoh kalimat: “I do the Jumah prayer in the grand mosque every Friday” (Setiap hari Jumat saya salat Jumat di masjid agung) atau “Laila always helps her mother in the kitchen after praying the maghrib” (Setelah salat magrib, Laila selalu membantu ibunya di dapur), dan sebagainya. Kalimat seperti ini tidak hanya Islami, tetapi juga bersifat inovatif dan lebih bermanfaat daripada kalimat yang bunyinya sekedar “Birds fly in the sky” (Burung-burung terbang di angkasa) apalagi kalimat yang berbunyi “John goes to the beach with Jane every Sunday” (Setiap hari Ahad John pergi ke pantai bersama Jane). Cobalah Anda pikirkan, apa signifikansi kedua kalimat tadi? Tidak ada, karena semua orang sudah tahu setiap burung kalau terbang pasti di angkasa, dan kebiasaan John ke pantai berduaan dengan Jane itu tidak Islami bahkan tidak Indonesiani.
Membangun sebuah pembelajaran inovatif bisa dilakukan dengan cara-cara yang di antaranya menampung setiap karakteristik siswa dan mengukur kemampuan/daya serap setiap siswa. Sebagian siswa ada yang berkemampuan dalam menyerap ilmu dan keterampilan dengan menggunakan daya visual (penglihatan) dan auditory (pendengaran), sedang sebagian lainnya menyerap ilmu dan keterampilan secara kinestetik (rangsangan/gerakan otot dan raga). Dalam hal ini, penggunaan alat/perlengkapan (tools) dan metode yang relevan dan alat bantu langsung dalam proses pembelajaran merupakan kebutuhan dalam memba- ngun proses pembelajaran inovatif.
Di sisi lain, siswa pun bertindak inovatif dalam arti:
Ø  merngikuti pembelajaran inoavtif dengan aturan yang berlaku;
Ø  berupaya mencari bahan/materi sendiri dari sumber-sumber yang relevan;
Ø  menggunakan perangkat tekonologi maju dalam proses belajar.
Selain itu, dalam menerapkan  pembelajaran yang inovatif diperlukan adanya beraneka ragam strategi pembelajaran yang dapat diterapkan dalam berbagai bidang studi. Adapun ragam strategi pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pembelajaran inovatif (Sukestyarno : 2007) meliputi:
1)     Examples non-examples, dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a.         Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran;
b.         Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan melalui power point;
c.         Guru memberikan petunjuk dan peluang kepada siswa untuk memperhatikan / menganalisis gambar ;
d.         Kelompok yang terdiri atas 2-3 siswa melakukan diskusi dan analisis mengenai bagian yang merupakan contoh dan bukan contoh, lalu mencatat hasilnya;
e.         Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya;
f.          Guru mengomentari dan memberi penjelasan mengenai materi sesuai dengan sesuai tujuan yang ingin dicapai;
g.         Simpulan.

2)     Numbered heads together, dengan langkah-langkah  sebagai berikut:
a.         Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor;
b.         Guru memberi tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya;
c.         Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota kelompok dapat mengerjakannya/mengetahui jawabannya;
d.         Guru memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerjasama mereka;
e.         Tanggapan dari teman yang lain ditampung, kemudian guru menunjuk nomor yang lain;
f.          Simpulan.

3)     Cooperative script, dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a.    Guru membagi siswa ke dalam sejumlah pasangan;
b.    Guru membagikan wacana/materi dan siswa membaca dan membuat ringkasannya;
c.    Guru dan siswa menetapkan siswa yang pertama berperan sebagai pembicara dan siswa-siswa lain yang berperan sebagai pendengar;
d.    Pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin, dengan memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasannya.
4)    Kepala bernomor struktur, dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a.    Siswa dibagi ke dalam sejumlah kelompok, dan setiap siswa anggota kelompok mendapat nomor;
b.    Penugasan diberikan kepada setiap siswa berdasarkan nomor terhadap tugas yang berangkai misalnya: siswa No.1 bertugas mencatat soal, siswa No. 2 mengerjakan soal, dan siswa No. 3 melaporkan hasil pekerjaan dan seterusnya;
c.    Jika perlu, guru bisa menyuruh kerja sama antar-kelompok. Siswa disuruh keluar dari kelompoknya dan bergabung bersama beberapa siswa yang bernomor sama dari kelompok lain. Dalam kesempatan ini siswa dengan tugas yang sama bisa saling membantu atau mencocokkan hasil kerja sama mereka;
d.     Melaporkan hasil dan tanggapan dari kelompok yang lain;
e.    Simpulan.

5) Student teams-achievement divisions (STAD), dengan    
     langkah-langkah sebagai berikut:
a.         Membentuk kelompok yang anggotanya terdiri atas 4-5 orang secara heterogen (campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku, dll);
b.         Guru menyajikan pelajaran;
c.         Guru memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota-anggota kelompok. Anggota yang sudah paham dapat  menjelaskan kepada anggota lainnya sampai semua anggota dalam kelompok itu paham;
d.      Guru memberikan kuis/pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab kuis para siswa tidak diperbolehkan saling membantu;
e.      Memberi evaluasi;
f.       Simpulan.

6) Jigsaw (Model Tim Ahli), dengan langkah-langkah   sebagai berikut:
a.   Siswa dikelompokkan ke dalam tim-tim yang terdiri atas 4 siswa;
b.   Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang berbeda;
c.   Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang ditugaskan;
d.   Anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari bagian/sub bab yang sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan subbab mereka;
e.   Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli tiap anggota kembali ke kelompok asal dan bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang subbab yang mereka kuasai dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan sungguh-sungguh;
f.    Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi;
g.   Guru memberi evaluasi;
h.   Penutup.

7) Problem-based instructions (PBI), dengan langkah-
     langkah sebagai berikut:
a.      Guru menjelaskan kompetensi yang ingin dicapai dan menyebutkan sarana atau alat pendukung yang dibutuhkan. Memotivasi siswa untuk terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilih;
b.      Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhu- bungan dengan masalah tersebut (menetapkan topik, tugas, jadual, dll.) ;
c.      Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masa- lah, pengumpulan data, hipotesis, pemecahan masalah ;
d.      Guru membantu siswa dalam merencanakan karya yang sesuai seperti laporan dan membantu mereka berbagi tugas dengan temannya ;
e.      Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap eksperimen mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.

b. Pembelajaran Kreatif  
 Kreatif (creative) berarti menggunakan hasil ciptaan / kreasi baru atau yang berbeda dengan sebelumnya. Pembelajaran yang kreatif mengandung makna tidak sekedar melaksanakan dan menerapkan kurikulum. Kurikulum memang merupakan dokumen dan rencana baku, namun tetap perlu dikritisi dan dikembangkan secara kreatif. Dengan demikian, ada kreativitas pengembangan kompetensi dan kreativitas dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas termasuk pemanfaatan lingkungan sebagai sumber bahan dan sarana untuk belajar. Pembelajaran kreatif juga dimaksudkan agar guru menciptakan kegiatan belajar yang beragam sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa dan tipe serta gaya belajar siswa.
Alhasil, di satu sisi guru bertindak kreatif dalam arti:
Ø  mengembangkan kegiatan pembelajaran yang beragam;
Ø  membuat alat bantu belajar yang berguna meskipun sederhana;
Di sisi lain, siswa pun kreatif dalam hal:
Ø  merancang / membuat sesuatu;
menulis/mengarang
c.  Pembelajaran Efektif
Pembelajaran dapat dikatakan efektif (effective / berhasil guna) jika mencapai sasaran atau minimal mencapai kompetensi dasar yang telah ditetapkan. Di samping itu, yang juga penting adalah banyaknya pengalaman dan hal baru yang  “didapat“ siswa. Guru pun diharapkan memeroleh “pengalaman baru” sebagai hasil interaksi dua arah dengan siswanya.
Untuk mengetahui keefektifan sebuah proses pembelajaran, maka pada setiap akhir pembelajaran perlu dilakukan evaluasi. Evaluasi yang dimaksud di sini bukan sekedar tes untuk siswa, tetapi semacam refleksi, perenungan yang dilakukan oleh guru dan siswa, serta didukung oleh data catatan guru. Hal ini sejalan dengan kebijakan penilian berbasis kelas atau penilaian authentic yang lebih menekan- kan pada penilaian proses selain penilaian hasil belajar (Warta MBS UNICEF : 2006)
Alhasil, di satu sisi guru menjadi pengajar yang efektif, karena:
Ø  menguasai materi yang diajarkan;
Ø  mengajar dan mengarahkan dengan memberi contoh;
Ø  menghargai siswa dan memotivasi siswa;
Ø  memahami tujuan pembelajaran;
Ø  mengajarkan keterampilan pemecahan masalah;
Ø  menggunakan metode yang bervariasi;
Ø  mengembangkan pengetahuan pribadi dengan banyak membaca;
Ø  mengajarkan cara mempelajari sesuatu;
Ø  melaksanakan penilian yang tepat dan benar.
Di sisi lain, siswa menjadi pembelajar yang efektif dalam arti:
Ø  menguasai pengetahuan dan keterampilan atau kompetensi yang diperlukan;
Ø  mendapat pengalaman baru yang berharga.
d.  Pembelajaran Menyenangkan
Pembelajaran yang menyenangkan (joyful) perlu dipahami secara luas, bukan hanya berarti selalu diselingi dengan lelucon, banyak bernyanyi atau tepuk tangan yang meriah. Pembelajaran yang menyenangkan adalah pembela- jaran yang dapat dinikmati siswa. Siswa merasa nyaman, aman dan asyik. Perasaan yang mengasyikkan mengandung unsur inner motivation, yaitu dorongan keingintahuan yang disertai upaya mencari tahu sesuatu.
      Selain itu pembelajaran perlu memberikan tantangan kepada siswa untuk berpikir, mencoba dan belajar lebih lanjut, penuh dengan percaya diri dan mandiri untuk mengembangkan  potensi diri secara optimal. Dengan demikian, diharapkan kelak siswa menjadi manusia yang berkarakter penuh percaya diri, menjadi dirinya sendiri dan mempunyai kemampuan yang kompetitif (berdaya saing).
      Adapun ciri-ciri pokok pembelajaran yang menyenangkan, ialah:
Ø  adanya lingkungan yang rileks, menyenangkan, tidak membuat tegang (stress), aman, menarik, dan tidak membuat siswa ragu melakukan sesuatu meskipun keliru untuk mencapai keberhasilan yang tinggi;
Ø  terjaminnya ketersediaan materi pelajaran dan metode yang relevan;
Ø  terlibatnya semua indera dan aktivitas otak kiri dan kanan;
Ø  adanya situasi belajar yang menantang (challenging) bagi peserta didik untuk berpikir jauh  ke depan dan mengeksplorasi materi yang sedang dipelajari;
Ø  adanya situasi belajar emosional yang positif ketika para siswa belajar bersama, dan ketika ada humor, dorongan semangat, waktu istirahat, dan dukungan yang enthusiast.
Alhasil, dalam pembelajaran yang menyenangkan guru tidak membuat siswa:
·         takut salah dan dihukum;
·         takut ditertawakan teman-teman;
·         takut dianggap sepele oleh guru atau teman.
Di sisi lain, pembelajaran yang menyenangkan dapat membuat siswa:
·         berani bertanya;
·         berani mencoba/berbuat;
·         berani mengemukakan pendapat/gagasan;
·         berani mempertanyakan gagasan orang lain.
yang berpusat pada guru menjadi berpusat pada siswa sebagai kebutuhan baru dalam menerapkan langkah-langkah pembelajaran. Dari pikiran Reigeluth lahirlah desain yang bertujuan membantu penyeleksian dan pengurutan materi yang dapat meningkatkan pecapaian tujuan. Para pendukung teori ini juga menekankan pentingnya fungsi-fungsi motivator, analogi, ringkasan, dan sintesis yang membantu meningkatkan efektivitas belajar. Teori ini pun memberikan perhatian pada aspek kognitif yang kompleks dan pembelajaran psikomotor. Ide dasarnya adalah siswa perlu mengembangkan makna kontekstual dalam urutan pengetahuan dan keterampilan yang berasimilasi.